Wednesday, June 20, 2018

Pengembangan Media pembelajaran Agama Hindu di Era Digital



Pengembangan Media pembelajaran Agama Hindu di Era Digital

Oleh : Dewa Putu Antara


Gambar diambil : https://www.fres.co.id/mendidik-anak-di-era-digital/

Generasi muda yang tumbuh dan berkembang di abad milenial ini sebagai wujud implementasi dari Bhakti, Karma bahkan Jnananya, maka wajib ikut andil dalam membuat dan menggunakan IPTEK melalui media-media yang tersedia. Terlebih pada masa Brahmacari dituntut kreatif dan guru lebih berperan  sebagai fasilitator dan pentunjuk jalan. Penggunaan media sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal, digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media juga berfungsi mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Dengan  menggunakan internet  sebagi  media  pembelajaran  akan  didapatkan  sumber  informasi  untuk  pengayaan materi yang jumlahnya sangat tak terbatas (Alisyahbana. 1980).

Sebagai alat komunikasi, media pembelajaran menurut Oemar Hamalik (1994:54) memiliki fungsi yang luas di antaranya:

a.    Fungsi edukatif media komunikasi, yakni bahwa setiap kegiatan media komunikasi mengandung sifat mendidik karena di dalamnya memberikan pengaruh pendidikan.
b.    Fungsi sosial media komunikasi, media komunikasi memberikan informasi aktual dan pengalaman dalam berbagai bidang kehidupan sosial orang.
c.    Fungsi ekonomis media komunikasi, media komunikasi dapat digunakan secara intensif pada bidang-bidang pedagang dan industri.
d.   Fungsi politis media komunikasi, dalam bidang politik media komunikasi dapat berfungsi terutama politik pembangunan baik material maupun spiritual.
e.    Fungsi seni dan budaya media komunikasi, perkembangan ke bidang seni dan budaya dapat tersebar lewat media komunikasi.

Sedangkan menurut Arif Sadiman (1993:16-17), media pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut:

a.    Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b.    Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya:
1)   Obyek yang terlalu besar bisa digantikan oleh realita, gambar, film, atau model.
2)   Obyek yang kecil dibantu oleh proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar.
3)   Gerak yang terlalu lamban atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau hagh speed photograpy.
4)   Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto atau pun secara verbal.
5)   Obyek yang terlalu kompleks (missal mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.
6)   Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.

Generasi Hindu pada masa sekarang atau sering dikenal dengan Jaman Now dipengaruhi oleh perkembangan IPTEK  yang sangat maju, bukan saja di perkotaan namun sudah sampai pada pelosok-pelosok desa. Jadi sudah jelas seseorang yang tidak dapat menguasai, memanfaatkannya dengan baik untuk kebutuhan hidup seta mengendalikannya agar tidak menjadi malapetaka bagi kemanusiaan itu sendiri. Lebih spesifik penguasaan IPTEK diimbangi dengan pengetahuan agama dan ketrampilan Seni-budaya sebagai hubungan sosial agar tercipta hubungan yang harmonis, karena dengan IPTEK hidup akan menjadi mudah, dengan Agama yang mengandung tatanan Nilai etika dan moralitas sebagai suluh Hidup serta mengembangan seni-budaya  untuk memperhalus Jiva.

Weda memiliki banyak metode dan konsep-konsep terkhusus dalam hal edukasi bagi generasi muda Hindu baik secara formal aupun nonformal. Secara formal penyelenggaraan pendidikan telah mengacu pada Kurikulum K13 baik dari tingkat dasar sampai tinggi telah dirancang dengan  penilaian Kongnitif, Afektif dan Psikomotor. Tentu tidak semua siswa dalam sekolahnya terdapat Guru agama Hindu dan tidak mendapat pelajaran agama sebagaimana mestinya yang akhirnya diajarkan oleh guru Hindu yang bukan dari matapelajaran agama disekolah tersebut, bahkan miris jika tidak diisi maka siswa biasanya keluar ruangan bahkan biasanya diperbolehkan untuk ikut mendengarkan pelajaran dari agama lain.

Melihat kondisi umat Hindu khususnya diluar Bali  belum meratanya akses pendidikan, salah satu solusi dengan menyelenggarakan pendidikan dengan sistem Pasraman. Keunggulan Pasraman diantaranya waktu lebih panjang, bahasan materi bisa bervariasi antara tattwa, susila dan upacara serta dapat melakukan program-program yang memungkinkan untuk bersentuhan langsung dengan alam maupun masyarakat.

Secara Tattwa Sastra Suci Veda sebagai landasan kehidupan beragama Hindu banyak memberikan Pengetahuan yang begitu luas dalam berbagai bidang termasuk sebagai materi dalam membentuk anak suputra dalam pendidikan Pasraman. Konsep Catur Marga dapat dijadikan model yang ideal untuk mengembangkan potensi anak misalnya diajarkan membuat sajen kecil, dan belajar menghaturkannya. Disamping ada kegiatan di Pura seorang anak diajak ungtuk ikut Ngayah. Dalam membantu pekerjaan orang Tua dapat pula seorang anak berlatih diajak kesawah atau berkebun langsung agar memiliki pengetahuan dan pengalaman langsung. Lain halnya dengan Swadharma orang tua sebagai pelukis, membuat kerajinan patung dan sebagainya anak akan dapat tumbuh kreativitasnya dengan membuat karya-karya yang sejenis.

Masih banyak lagi materi yang dapat dikembangkan Hindu dimanapun berada memiliki kekhasan tersendiri misalnya Umat Hindu Bali  punya banyak jenis tarian dan tabuh baik yang bersifat sakral maupun profan yang perlu mendapat dukungan dari semua pihak agar tetap lestarai di abad milenial ini. Dengan teknologi seorang siswa dapat merekam, mendokumentasikan pelajaran yang diberikan pelatih, atau guru sehingga dapat diulang-ulang kembali secara mandiri dirumah.

Dengan IPTEK generasi muda Hindu dapat merambah kedunia Wiracarita seperti dua epos besar Ramayana dan Mahabrarata maupun legenda-legenda lokal yang sarat akan nilai religi, sosial dan politik yang dapat dikembangakan menjadi filem pendek. Selain sebagai hiburan didalamnya  terdapat banyak ajaran mutiara-mutia Dharma sebagai bentuk pemahaman dan penghayatan ajaran agama dalam tatanan masyarakat tradisi milenial ini seperti lembaga adat,  subak, banjar (di Bali) atupun didaerah lain sering disebut Paguyuban, pesemetonan dan sejenisnya.

Menjalin Simakrama, berbagi informasi yang penting, mensosialisasikan program-program dan  secara dunia maya dapat dengan membuat  Group WA sebagai alat komunikasi yang efektif dan efisien. Media ini terbuka untuk organisasi keumatan seperti PHDI, WHDI, PERADAH, KMHDI, ICHI, PANDUNUSA baik sampai pada ikatan profesi seperti paruman Sulinggih, Walaka, lembaga pendidikan Pasraman, ekonomi, lembaga dharma dana baik dari tingkat daerah sampai nasional.

Wadah itulah nantinya urgen dalam memecahkan masalah keumatan yang belum kunjung dapat diselesaikan minimal dapat dikurangi dampak buruk  pengunaan teknologi dan memberikan pengarahan pengunaan yang tepat. Ikut andil dalam membahas kondisi sosial merebaknya penyakit sosial HIV/AIDS, narkoba, perjudian, Prostitusi, tindak kriminal dengan memberikan solusi-solusi kongkrit.

Dampak negatif saat ini patut dicermati dengn teknologi segala sesuatu bisa saja dengan mudah dan instan, tetapi tidak baik terhadap perkembangan mental dan moralitas seseorang artinya kualitas SDM yang mengedepankan budhi pekerti yang dituntut sabar, ikhlas dan jujur. Karena terbiasa mudah, cepat dan instan orang menjadi malas dengan proses dan kurang sabar akhirnya cepat bosan, marah-marah, tergesa-gesa. terlebih hubungan seseorang anak muda tidak selalu bisa diselesaikan lewat teknologi yaitu terhadap Guru, Orang tua dan warga masyarakat lain. Butuh waktu tatap muka langsung bahkan memberikan perhatian lewat kerjasama, sentuhan dalam memberikan pelayanan seperti kontak dalam berbicara menghormati yang lebih tua, ikut merasakan keluh kesah secara langsung dilapangan terkait suatu kegiatan Panca Yadnya misalnya atupun ikut langsung dalam donasi untuk korban bencana alam.

Tidak menutup kemungkinan dengan I-pad yang ada ditangannya selalu dibawa kemana-mana cenderung dianggap sebagai teman setia, para Anak-anak, Yowana khususnya generasi Muda harus diingat bahwa dirinya belum bisa mandiri artinya segala kebutuhannya masih dibiayai oleh orang tua, dan kewajibannya hanya belajar dan mengembangan ilmu yang didapat sesuai petunjuk guru. Jangan sampai mengunakan I-pad, Laptop, transportasi dan alat-alat elektronik lainnya yang biaya tinggi tapi dibebankan oleh orang tua, ini tentu tidak baik. Kemampuan ekonomi dimasing-masing orangtua berbeda-beda, jika lingkungan disekolah dan masyarakat membiarkan berlebihan dalam mengunaakan teknologi ini untuk hal-hal yang kurang bermanfaat samapi tidak ingat waktu bahkan kewajibannya ini tentu berbahaya.

Hambatan – hambatan inilah yang sangat perlu diatasi bersama dengan membatasi pengunaan diwaktu-waktu tertentu disekolah jam belajar, dimasyarakat waktu rapat, di sawah waktu bekerja, di tempat tidur malam waktu istirahat habis digunakan untuk bermain game, chatinggan dengan pacar atau kenalan-kenalan dengan para Jomblo untuk mendapat kekasih (Gila asmara) bisa menyebabkan penyakit seperti mata menjadi rabun, mudah lelah di siang hari karena waktu sudah tersita di malam hari. Selain itu, media teknologi juga dapat digunakan untuk perjudian, inilah yang atut diwaspadai.

Metode pembinaan berdasarkan keputusan Maha Sabha ke V Tahun 1986 PHDI seluruh indonesia yang telah menetapkan sad Dharma, dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran agama dengan bantuan media teknologi secara tidak langsung sebagai media komunikasi, dan dokumentasi kegiatan dan mempercantik suatu karya-karya, Dintaranya Dharmawacana, Generasi Hindu dapat memvideokan moment-moment seseorang yang memberikan wejangan Dharma di Pura untuk disimpan dan didengar dan ditonton berulang-ulang untuk dapat memahami ajaran dengan baik selain itu dapat pula dibagi dengan I-Pad. Kegiatan Dharm Gita dapat didokumentasikan lewat I-Pad begitupun Dharmatula, Dharma Sadhana, Dharma Santi dan Dharma Yatra.

Berbicara teknologi akan tidak terlepas dari Komputer yang saat ini tentu sangat tidak asing lagi yang dapat membantu perusahaan ataupun lembaga dalam menyelesaiakan tugas-tugas administratif. Komputer sendiri ini dapat dirancang dan dimanfaatkan dalam aktivitas pembelajaran secara tidak langsung Sad Dharma Tadi. Jika komputer dilengkapi aplikasi-aplikasi tertentu misalnya kamus elektroknik, modul latihan menjawab soal, latihan-latihan soal-soal pengayaan fisika dan sebagainya dapat meningktkan kemampuan dan ketrampilan. Mempelajari sesuatu secara teliti melihat kelebihan dan kekurangan lawan misalnya dokumentasi pertandingan olahraga, seorang pemain dapat melihat kembali penampilan dimonitor. Secara umum pemanfaatan komputer dapat digunakan menyimpan data dalam jumlah besar, menghitung dengan cepat dan tepat, serta dapat menampilkan grafik, bagan, gambar, suara, video yang dapat dipadukan dan sebagainya, sehingga menghasilkan proses pembelajaran agama yang dapat mewujudkan sumber daya manusia Hindu yang unggul.

Internet tidak kalah menariknya dari aspek positifnya bisa berkunjung pada perpustakaan Online mempermudah dalam mencari buku yang diperlukan. Kelas Olinepun telah biasa digunakan oleh lembaga-lembaga tertentu sebagai bentuk pendidikan jarak jauh seperti Universitas Terbuka dengan mengedepankan pembelajaran yang interaktif, inovatif, kreatif dan meyenangkan. Maka dapat dipahami pengunaan internet generasi muda dapat mengakses informasi-informasi yang diperliukan untuk meningkatkan wawasan dan kemampuannya yang dapat dilakukan lebih mudah. Berhubungan dengan para ahlinya dapat pula ditemukan walaupun dibatasi oleh jarak lewat internet ini untuk berdiskusi lebih lanjut. Kemudahan lainnya jelas didapat yaitu efisiennya waktu dan beaya.


DAFTAR PUSTAKA
Iskandar.Alisyahbana, 1980, Teknologi dan perkembangan,Jakarta: Yayasan Idayu.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti
Sadiman, Arif. 1993. Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mantra, Prof. Dr. I. 1998. Biografi Seorang Budayawan 1928-1995. PT. UPADA SASTRA.
Hamalik, Oemar. (2008). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:              Bumi Aksara.
Wihardjo, Edy, 2007, Pembelajaran Berbantuan Komputer, Universitas Jember, Jember.

Gunawan, G. 2009. Pentingnya Teknologi Informasi dalam pendidikan. Situs http:

Jamal Makmur Asmani, 2011, Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Dunia Pendidikan, Yogyakarta: Div

MENELADANI FIGUR KEPEMIMPINAN PANCA PANDAWA



MENELADANI FIGUR KEPEMIMPINAN PANCA PANDAWA
(Perspektif dalam pendidikan kepemimpinan bagi pemuda Hindu)

                                                            Oleh : Dewa Putu Antara



 Gambar diambil dari : https://www.merdeka.com/peristiwa/pemeran-pandawa-lima-di-serial-mahabharata-jumpa-pers-di-bali.html


Latar Belakang

Pendidikan kepemimpinan memiliki nilai dan makna strategis mengingat modernisme dan globalisasi terhadap berbagai aspek kehidupan generasi muda. Pengaruhnya tampak terutama pada gaya hidup misalnya, gaya yang lebih mementingkan hasil daripada proses, ingin hidup enak tanpa usaha, dan cara-cara pemenuhan kebutuhan yang lebih berorientasi pasar daripada kebutuhan itu sendiri. ketika pengetahuan dan keterampilan tradisional warga sekaa teruna dipertanyakan melalui derasnya informasi dari berbagai media. Mereka dengan mudah meracik pengetahuan dan merubah struktur kognitifnya sesuai dengan perkembangan kebutuhannya hingga ditemukan posisi yang pas benar dengan ukuran hati dan pikirannya. Dalam hal ini dengan mudah meracik agamanya sendiri sesuai dengan informasi yang diperolehnya dari globalisasi “dharma wacana”, baik dalam bentuk sastra klasik maupun modern.

Ini berarti bahwa pengaruh abad milenial terhadap generasi muda ditegaskan dengan adanya transformasi sistem pengetahuan, sistem nilai, dan sistem tindakan dalam kehidupan sosial. Implikasi dari proses transformasi ini terhadap pemuda, antara lain ditandai dengan terjadinya proses penurunan partisipasi terhadap kegiatan adat istiadat dan keagamaan

Menentukan nilai yang baik bagi perubahan tatanan sosial budaya bukanlah persoalan mudah  Pergeseran nilai-nilai ini merupakan  gelombang informasi yang melampuai batas-batas ruang dan waktu telah menyebabkan dunia semakin menyempit, kegesitan arus transfortasi barang dan orang membuat dunia nyaris tanpa batas. Oleh karena itu segera perlu dipahami tentang kebangkitan peran pemuda yang mengemban visi tradisional dalam “pertarungannya” di antara pusat-pusat orientasi nilai modernisme.

Permasalahan generasi muda lainnya yang perlu ditangani secara serius adalah pergaulan liar karena itu diperlukan pengetahuan tentang Pencegahan HIV/AID di Kalangan Generasi Muda.

Kebangkitan Peran Pemuda

Secara sosiologis dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Para ahli sosiologi, seperti Gross, Mason, dan McEaschen mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial, karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat. Maksudnya, seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh “masyarakat” di dalam pekerjaannya. Kadang-kadang ahli sosiologi menggambarkan peranan-peranan dalam arti, apa yang diharapkan dan dituntut oleh masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peranan sekaa teruna adalah tindakan yang harus dilakukannya sesuai dengan harapan-harapan masyarakat tersebut.

Pendidikan kepemimpinan pemuda Hindu pada prinsipnya untuk membantu Pemuda mengembangkan peran dalam lingkungannya. Peran tersebut merupakan harapan-harapan dan tuntutan masyarakat, antara lain kemampuan Pemuda mengapresiasi adat istiadat dan agama. Peran ini penting untuk melakukan adaptasi tingkah laku dalam jamaknya nilai-nilai baru dalam perubahan sosial dan budaya yang disebabkan oleh modernisme dan globalisasi. Maka dari itu penting bagi suatu organisasi ataupun diri individu untuk untuk meneladani figur kepemimpinan dalam suatu epos besar Hindu yang terkenal di dunia yakni  mahabharata terutama Panca Pandawa yang memiliki karakter tersendiri tetapi saling melengkapi demi tegaknya Dharma yang tentu sangat relevan di jaman milenial ini. Mari kita bahas !

Kepemimpinan adalah suatu seni yang digunakan oleh seseorang dalam rangka menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Panca pandawa berarti lima putra pandu yang memiliki tipe kepemimpinan yang yang sangat baik didalam epik Mahabharata yang diperlukan oleh seseorang maupun seorang pemimpin dapat dijadikan solusi bagi permasalahan bangsa.

Hal ini menurut saya sangat penting disampaikan pada era Digital ini. Semisal permasalahan mengenai realitas kasus-kasus korupsi kolusi dan nepotisme yang sudah tumbuh keatas dan mendatar kedaerah-daerah,penegakan hukum, berkembangnya kesenjangan dan ketidakadilan, arogansi kekuasaan dan kepenguasaan yang tidak menggunakan etikannya,ketidakpastian regenerasi masa depan kaum muda,ancaman krisis hukum,krisis moral, krisis kepercayaan baik kepada pemerintah maupun kepada diri sebagai bangsa yang bermuara pada masalah moral,etika dan nilai-nilai kemanusiaan yang dampaknnya sangat dirasakan.

Sesungguhnya beberapa permasalahan tersebut tidak perlu terjadi seandainya kita konsisten melaksanakan tipe kepemimpinan yang baik seperti tersebut diatas dan secara konsisten baik oleh manusia Indonesia terlebih bagi seorang pemimpin, kemudian bagaimanakah kepemimpinan panca pandawa bisa dikaitkan atau berkaitan dengan semangat Pemuda dan yowana sebagai solusi permasalahan bangsa? Mari kita lihat!
v    Tokoh Yudhisthira yang mendapat pengayom dari   Bhatara Dharma yang merupakan sumber energi yang memancarkan kedamaian, kelembutan dan kebijaksanaan. Ia memiliki sifat Aji yakni mencari ilmu pengetahuan suci (Weda) atau agama. Yudhisthira (Dharmawangsa) adalah contoh implementasi pengamalan ajaran“dharma’” dalam kehidupan sehari-hari, untuk menumbuhkembangkan sifat ini perlu kita meyadari di Buana agung beliau mempunyai kesamaan dengan akasa, di Buana alit yang diidentikan dengan indera telinga, keterpaduan ini yang menjadikan Yudhistira memiliki pola kepemimpinan yang berlandaskan karakter ether itu sendiri.

v    Tokoh perkasa dengan postur melebihi ukuran normal,sang Bima mendapat pengayom dari Bhatara Bayu yang mendapat kewenangan mengatur energi angin (bayu) penuh dengan ketegasan tanpa basa-basi, jujur, hormat kepada guru, memiliki integritas yang tinggi(satu kata dengan perbuatan) tidak mencla-mencle.Bima memiliki karakter tegas dan adil, yang salah ya salah harus dihukum,walaupun anaknnya sendiri ,tidak tebang pilih.Ia memiliki sifat Giri  atau  kuat seperti gunung artinya kuat sradha,teguh pendirian, tegas menjunjung tinggi hukum tanpa pandang bulu,serta tangguh dalam menegakkan kebenaran serta tabah dan tegar.di Buana agung disamakan dengan unsur vayu, di Buana  memiliki unsur sparsa(sentuhan) yang identik dengan kulit karena temperatur.pengambaran sifatnya ini seperti angin yang tidak pernah memilih untuk bertiup,bunga yang harum  dan sampah yang busuk tetap mendapat bagian yang sama.


v     Tokoh pahlawan dan idaman para bidadari,sang Arjuna berwajah menarik, idola di masa silam. Ia memiliki sifat Jaya datang mencari kemenangan artinya dapat menundukkan musuh-musuhnya dan segala sifat-sifat buruk serta sempurna lahir dan batin. Dibalik kepahlawanan Arjuna yang belajar dan bertapa mencari berbagai ilmu untuk menghadapi perang Bharatayudha,tersimpan api semangat yang membara untuk selalu membela kebenaran.Arjuna yang mendapat pengayoman Bhatara Indra dan juga sedikit dari Bhatara Wisnu(Kresna),memang swadharmanya menjadi panglima perang, berbudi pekerti luhur mempunyai semangat yang tinggi untuk menang,seorang ksatria sejati. Kendalannya, ketika api itu membara nafsu asmara,maka para wanita dengan bahagia jatuh dalam pelukannya.Di buana alit penggambaran sifat atau karakter identik dengan indria mata karena mata dapat melihat sinar  atau rupa(Rupa tan matra) adalah kekuatan tersendiri dari sinar,di Buana Agung karakternnya mempunyai kesamaan dengan unsur api yang mempunyai semagat yang berkobar-kobar untuk membasmi kejahatan. Didalam kitab Arjuna Wiwaha berbahasa jawa kuna meyebut arjuna sebagai “manusa sakti”(1.3) manusia hebat yang dapat mengetahui berbagai permasalahan,yang sangat dekat dengan Sri Kresna.hal ini menunjukkan orang yang utama adalah orang yang sangat dekat dengan Tuhan serta taat mengamalkan ajarannya,ini terbukti ketika arjuna melakukan Tapa (pegekangan diri) untuk memperoleh anugrah senjata pasupati yang pada hakekatnnya mendapat pengetahuan tentang Brahman yang disebut Cadhu Sakti.

v    Tokoh pemberani, satyawacana dan teguh pendirian walaupun sedikit angkuh karena merasa paling tampan adalah Nakula yang mendapat pengayom dari Dewa Kembar Aswin.Ia memiliki sifat Nangga artinya mencari ketangguhan dan tanggap dalam segala keadaan serta tahu membawa diri, Nakula digambarkan sebagai orang yang sangat menghibur hati. Ia juga teliti dalam menjalankan tugasnya,Ia merupakan penggambaran dari unsur air yang senantiasa memberikan kesejukan hati serta penuh keiklhasan dalam menjaga kehidupan semua mahkluk hidup.


v    Tokoh termuda dari Pandawa adalah Sahadewa, memiliki sifat Priyambada artinya selalu memberikan rasa kebahagiaan,ketentraman serta kedamaian maupun sifat yang suka mencari ilmu pengetahuan,seorang figur yang cerdas,ahli strategi,mampu membaca situasi,luwes dan fleksibel seperti air mengalir,namun sedikit angkuh karena paling cerdas.Sahadewa mendapat pengayoman dari Dewa kembar Aswin,seperti halnya Nakula

Dari paparan  tersebut diatas dapat saya simpulkan bahwa : Kepemimpinan Panca Pandawa merupakan tipe kepemimpinan yang bersifat Kedewataan yang semuannya bermuara berpegang teguh pada Dharma sehingga kejayaan pun senantisa dapat tercapai dan yang berbasiskan nilai Kemanusiaan. Kelima Prinsip tersebut diatas seharusnnya seorang pemimpin dan Para Yowana dijadikan ideologinnya dalam menjalankan Swadharma apapun yang menjadi pilihan. Terlebih masyarakat, bangsa, LSM, organisasi, partai politik, lembaga-lembaga,  maka berbagai permasalahan bangsa dapat teratasi dengan segera apabila kelima figur tipe tersebut dijadikan teladan dalam berbuat, mengambil keputusan sehingga Dharma selalu hadir disetiap nafas dan bukan Adharma yang memimpin yang tidak patut diteladani oleh seorang Pemuda masa kini yang cenderung meraih kuasa dengan menebarkan isu-isu yang tidak cerdas seperti isu-su keamanan, SARA, pemberitaan bohong dan masih banyak bentuk-bentuk yang tidak sama sekali patut diteladani. Jika menjadi seorang Pemimpin dan standar minimal seorang pemuda harus mampu memimpin dirinya sendiri untuk mencapai cita-cita atau suatu magsud mulia selalu dijalur Dharma sehingga dapat menjadi teladan oleh orang disekelilingnya. selamat berjuang! Harapannya apa yang telah disampaikan bisa membuka wawasan cakrawala berfikir kita. Semoga pikiran yang Baik datang dari segala Penjuru! Rahayu


DAFTAR PUSTAKA
Mantra, Prof.Dr.I.B, Tata Susila Hindu Dharma, Parisada Hindu Dharma Pusat. Putra, Drs. I G.A.G dan Sadia, Drs. I Wayan, Wrhaspati Tattwa, Paramita, 1998.
Titib, I Made.2008. Itihasa Ramayana dan Mahabharata (Viracarita) Kajian Kritis Sumber Ajaran Hindu. Surabaya : Paramita.



Kerukunan Hidup Beragama Sebagai Aplikasi Dharma Agama dan Dharma Negara


Kerukunan Hidup Beragama
Sebagai Aplikasi Dharma Agama dan Dharma Negara

Oleh : Dewa Putu Antara


Gambar diambil : http://palembang.tribunnews.com/2018/05/25/ramadhan-dan-kerukunan-umat

Om Swastyastu,

       Kerukunan hidup beragama adalah kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan suasana damai, tertib, tentram dan sejahtera, saling menghormati dan menghargai sesama pemeluk agama, baik sebagai individu, maupun sebagai warga masyarakat yang berbudi pekerti luhur; yang kesemuanya ini merupakan cerminan pengamalan ajaran agama dan Pancasila.  Kerukunan yang dimaksud terdiri dari tiga tahap kerukunan, yaitu intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah. 

      Dengan mengacu kepada konsep Dharma Agama sebagai landasan, maka khusus bagi umat Hindu wajib memberikan kontribusi untuk mensukseskan pembangunan nasional, dengan menjadi warga Negara yang taat kepada aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah yang mewakili Negara. Dengan demikian, maka sebagai warga Negara yang beragama Hindu, berarti telah melaksanakan Dharma Negara. Dan sesungguhnya di negeri ini, Dharma Agama dan Dharma Negara sudah dirumuskan dengan cerdas dan teraplikasi dalam sebuah kerukunan hidup inter dan antar umat beragama dan dengan pemerintah. Rumusan yang merupakan kristalisasi dari ajaran-ajaran yang termaktub dalam Kitab Suci Weda, yang juga merupakan pedoman hidup bangsa serta merupakan salah satu dari empat pilar bangsa, yaitu Pancasila.

        Indonesia adalah sebuah bangsa yang heterogen dan memiliki kehidupan dengan kompleksitas yang tinggi, baik dalam khazanah hidup individu dan sosial maupun perbedaan budaya yang menuntut diwujudkannya keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam sinergi, baik suku, agama, ras dan antar golongan.  Hal ini telah disadari oleh masyarakat bangsa ini, sejak ditabuh Gong Gentanya Pura Kencana Majapahit oleh seorang Rakawi Mpu Tantular, menyuratkan pikirannya ke dalam kitab Sutasoma yang berbunyi “Bhineka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrawa,” yang artinya, “Meskipun itu berbeda, tetapi hakikatnya  satu tidak ada kebenaran yang ganda.” Bahkan jauh sebelum itu, di Bali Mpu Kuturan telah juga menyatakan, “bina ika tunggal ika,” dalam mempersatukan sekte-sekte di Bali pada jamannya, di Pura Samuan Tiga. 

        Secara internal, umat Hindu diwajibkan untuk mempraktikkan Dharma Agama dengan benar sesuai sastra suci Weda.  Para penganut Hindu diharapkan berjalan beriringan, serasi, seimbang dengan umat agama lain dengan toleransi yang sungguh-sungguh, dan melaksanakan Dharma Negara serta tidak pernah mempertentangkan antara pelaksanaan Dharma Agama dan Dharma Negara. Dengan demikian, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan ber Negara, akan berkembang semangat nasional untuk mendorong terwujudnya kerukunan.
      Bagi umat Hindu, kerukunan merupakan sesuatu yang bersifat mutlak dalam kehidupan ini. Seperti yang secara tegas dinyatakan dalam Kitab Chandogya Upanisad VI.8.7 “Tat Tvam Asi,” yang berarti Itu adalah Engkau, Dia adalah Kamu, Kamu adalah Aku.  Kamu dan Aku disini yang dimaksud adalah atman. Yang sama disini adalah atman. Sama-sama atman. Sloka ini mengandung makna yang sangat dalam, artinya setiap manusia adalah saudara dari manusia lainnya, bahwa semua mahkluk adalah ciptaan-Nya.

        Secara eksternal, ajaran Weda memperkuat aktualisasi Dharma Negara yang telah memberikan warna tersendiri dalam pembangunan nasional khususnya dalam pembangunan umat beragama. Hal itu tidak terlepas dari nilai-nilai keagamaan yang dijunjung tinggi masyarakat.

      Berikut ini dikutipkan mantram-mantam Weda yang menjadi spirit dalam membangun manusia seutuhnya dengan kerukunan hidup beragama sebagai aplikasi dari Dharma Agama yang beriringan dengan Dharma Negara. Ini terlihat secara terstruktur dalam salah satu pilar Bangsa sebagai ideologi dan pedoman hidup bangsa, yaitu Pancasila.

      Pertama, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. “Tuhan Yang Maha Esa para arif bijaksana menyebut-Nya dengan banyak gelar,”(Rg. Veda I.164.46).  “Tuhan adalah satu-satunya tujuan yang harus disembah,” (Rg. Veda VIII.50.9).  Mantram ini menjelaskan bahwa agama Hindu tidak mempunyai kesulitan teologis didalam menerima derajat-derajat kebenaran di dalam agama lain.  Sebagaimana umat Hindu sendiri memuja Ganesa, dan dipandang benar oleh yang memuja Visnu ataupun Siva, orang lain yang menyembah Jesus dan Allah dll juga tidak dipermasalahkan. Dalam praktik, agama menjadi  rambu-rambu yang mengingatkan kita pada perbuatan benar atau salah, tidak gampang terpesona dalam memperoleh kekuasaan yang salah, punya sensitivitas pada ketidakadilan. Intinya, agama bisa memberikan tuntunan hidup yang bermakna sekaligus kedamaian bagi penganutnya.

      Kedua, Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. “Hendaknya semua mahkluk melihat kami, hendaknya kami melihat semua mahkluk, hendaknya kami mengenal semua mahkluk sebagai saudara dan sahabat,” (Yajur Veda XXXVI.18).  “ Ketahuilah ini semua sebagai mahkluk Tuhan, bebaslah dan berbahagialah, jangan menginginkan milik orang lain, lakukanlah karma (perbuatan suci) itu disini juga,” (Yajur Veda XI.1.2). Mantram ini dapat dipahami, bahwa toleransi, saling harga menghargai, menghormati hak asasi manusia, tanpa kekerasan, (ahimsa) perlu fokus pada hidup sosial, maka diperlukan hati yang damai sebagai kunci pertama perdamaian dunia.  Jika hati setiap orang itu damai, tidak ada rasa benci dan dendam, sebaliknya ada tenggang rasa, maka perilaku sosialnya juga damai.  Di era globalisasi ini bentuk pengamalan Dharma dapat berarti mengembangkan kasih sayang dan memajukan persaudaraan (kemanusiaan yang sejati) untuk memeperkokoh persatuan dan kesatuan antar bangsa-bangsa (vasudhaiva kutumbakam).

      Ketiga, Sila Persatuan Indonesia. “Semoga Bumi yang memberi tempat kepada penduduk yang berbicara berbeda-beda bahasa, adat-istiadat, agama menurut tempat tinggalnya akan memperkaya kami dengan pahala berlipat ganda, laksana lembu yang menyusui anaknya dengan tak pernah kekurangan.” (Atharwa Veda XII.1.45).  “Berkumpullah, berbicara dan bersatu dalam pikiran, seperti para dewa dahulu bersatu dalam persembahan (Rg. Veda X.191.2). Mantram ini menjelaskan pentingnya persatuan dan kesatuan untuk menghindarkan manusia dari kondisi pribadinya yang dapat menimbulkan perpecahan. Dalam mantram tersebut dijelaskan bahwa kita lahir dari keberagaman etnik, bahasa, adat-istiadat dan agama, yang justru dapat dijadikan alat untuk saling bahu-membahu dan bersinergi.  Seperti kata pepatah “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” maka bersatulah agar kejayaan bisa diraih.

      Keempat, Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. “Bermufakatlah dan bersatulah agar engkau dapat mengatasi kesulitan dalam hidupmu, berbahagialah dalam persatuan itu,” (Atharwa Veda VI.64.I). Jadi musyawarah sangat diperlukan dalam memecahkan masalah di segala aspek kehidupan yang lebih mengedepankan azas kekeluargaan dan gotong royong.  Dalam melaksanakan Dharma Agama, umat Hindu mengembangkan doktrin Dharma Siddhyarta (Veda Smrti VII.10) yaitu lima aspek yang menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan, sehingga setiap keputusan akan dapat diterima secara umum oleh semua pihak, serta tidak menimbulkan kerawanan social. Kelimanya meliputi, Iksa (hakikat tujuan suatu kegiatan), Shakti (kesadaran dan kemampuan), Desa (tempat yang mendukung kegiatan), Kala (waktu) dan Tatwa (keyakinan dalam melakukan kegiatan).

      Kelima, Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. “Hendaknya tanpa jemu-jemu melakukan persembahan, bersedekah dengan penuh rasa bakti akan mengantarkannya pada tujuan yang tertinggi,” (Veda Smerti VI.226).  Dari mantram tersebut dapat dipahami bahwa demi keadilan social, setiap orang wajib melakukan yajna terutama kepada sesama manusia, dengan mengembangkan solidaritas sejagat (lokasamgraha), memajukan SDM, menjauhkan diri dari praktek korupsi, kolusi, terorisme dll.  Sehingga kemiskinan dan kesenjangan antara si kaya antara si miskin yang semakin melebar dapat ditekan.

      Dalam hal kepemerintahan, Weda juga mengajarkan kedudukan seorang pemimpin yang salah satunya terdapat dalam Kitab Yajur Veda IX.40, “Pemimpin dinobatkan untuk perlindungan penuh terhadap warga negaranya dan untuk mencapai kedaulatan bangsa itu.”  Terkait dengan kepemimpinan, Bisma menyampaikan kepada Yudistira  untuk melakukan Dharma Negara yang hendaknya dipahami yaitu, Dharma Karya (melakukan kerja dengan baik dan benar), Dharma Tatwa (memahami esensi hukum yang hakiki), Dharma Dharsana (pengetahuan filsafat tentang hukum), Dharma Yudha (memperjuangkan kejujuran dan keadilan), Dharma Sabda (sidang untuk menegakan keadilan), Dharma Yajna (mempersembahkan kerja sebagai sebuah yajna secara ikhlas) dan Dharma Wijaya (menangnya keadilan dan kebajikan).

      Nilai Dharma Negara di atas perlu dimiliki seorang pemimpin ibarat matahari yang menyinari Bumi, menghilangkan semua gelapnya  dunia dan hendaknya tetap dikelola sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak setengah-setengah.  Artinya, bila Dharma adalah hukum maka Negara adalah badannya, bila Negara adalah badan maka Dharma adalah jiwanya.  Antara jiwa dan badan tidak dapat dipisahkan apabila menginginkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera.

      Dari kutipan mantram-mantram Weda diatas jelas bahwa dalam agama Hindu selalu diajarkan untuk hidup rukun, damai, toleran dan solidaritas yang didasarkan pada kasih sayang.  Bila dikaji secara mendalam hakikat dan tujuan agama Hindu dengan tujuan pembangunan nasional  adalah selaras, sama dan sesuai yaitu sama-sama ingin mewujudkan keseimbangan dalam lahir maupun batin.

      Dari paparan diatas dapat disimpulkan : Tat Tvam Asi merupakan landasan etik dan moral, baik sebagi individu maupun mahkluk sosial yang dijewantahkan kedalam Dharma Agama (memaknai ajaran suci Weda) dan Dharma Negara ( memaknai ajaran agama dan mendukung penerapan Pancasila secara utuh).  Berpedoman pada falsafah itu umat Hindu dituntut untuk  mampu menyelenggarakan kehidupan Santi (damai) dalam persahabatan dan kesadaran bahwa kehidupan ini bersumber pada yang tunggal yaitu Tuhan.  Maka, aktualisasi ajaran agama bagi umat Hindu harus sesuai kitab suci yang benar, bulat dan utuh sehingga pengabdian sebagai warga Negara dalam NKRI telah merevitalisasi ajaran Weda. Oleh sebab itu, sosialisasi diperlukan secara kontinyu agar keanekaragaman itu dapat terkelola dengan baik dan melahirkan keindahan dan keharmonisan serta kedamaian. 
   
Sarveṣaṁ svasti bhavatu,  Sarveṣaṁ śāntir bhavatu,
Sarveṣaṁ purnaṁ bhavatu, Sarveṣaṁ maògalaṁ bhavatu.
Sarve bhavantu sukhinaḥ, Sarve śāntu niramayaḥ
Sarve bhadrāṇi paśyantu, Ma kaschid duhkha bhag bhavet

(Semoga kerahayuan berlimpah untuk semua, semoga semuanya memperoleh kedamaian semogalah semua cita-cita mulia tercapai semoga semuanya memperoleh kesejahteraan. Semoga semuanya memperoleh kebahagiaan semoga semuanya bebas dari segala halangan,  semoga semuanya memperoleh keberuntungan, semoga tidak seorangpun menderita).

Oṁ Śāntiḥ Śāntiḥ Śāntiḥ Oṁ

PUSTAKA SUCI
Rg Veda Samhita, diterjemahkan kedalam bahasa imggris oleh Svami Satya Prakash Sarasvati dan Satyakam Vidyalangkar, Weda Prastishtana, New Delhi, 1977.
The Principal Upanisad, Brahmasutra dan Kitab suci lainnya diterjemahkan ke dalam
            Bahasa inggris dan diberi komentar oleh S. Radhakrishnam, Harpercolin Publisher             India, 1994.
KAMUS
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia al-Munawir (Yogyakarta: Balai Pustaka Progresif, t.th.), 1098.
MEDIA SOSIAL
Radar lampung, Amuk Massa, Status Siaga Diperpanjang, Rabu 14 Januari 2014.
BUKU
Bagus,I Gusti Ngurah : Kehadiran Agama Hindu di Indonesia, dan Peranannya 1993 Dalam Pembangunan Nasional, Makalah pada 100 Tahun Parlemen Agama-Agama sedunia, dan Kongres Nasional I Agama-Agama di Indonesia,Yogyakarta,11-12 Okt. 1993.
Griffith, R.T.H. 2005. Sāma Veda Samhitā (diterjemahkan oleh Dewanto). Surabaya: Paramita
Raka Mas, Drs.AA.G. tuntunan tatasusila untuk meraih hidup bahagia, Paramita, 2003.
Wiana, I Ketut , Memelihara tradisi Weda, PT,BP, 2002
Magnis Suseno, Franz. Pembangunan Indonesia dan Hak-hak asasi manusia Universal, majalah prisma no 11.
Sukarno, Camkan Pancasila, Deppen R.I.Jakarta, 1966.
Titib, I Made, Ni Ketut Saparani, 2004 : Keutamaan Manusia dan Pendidikan Budhi Pekerti,  Paramita, Surabaya.
Titib, I Made. 1999. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Paramita.