Wednesday, June 20, 2018

ARJUNA DIGITAL : "Peran Generasi Muda dalam menyikapi kemajuan IPTEK"


ARJUNA DIGITAL

“Peran Generasi Muda dalam menyikapi kemajuan IPTEK”

 

Oleh : Dewa Putu Antara

Gambar di ambil dari : http://www.seputarit.com/dampak-positif-dan-negatif-teknologi-informasi-dan-komunikasi-tik-dalam-bidang-sosial-budaya.html 

Abad milenial ini, melalui kemajuan teknologi informasi, komunikasi dan tranportasi globaliasasi telah menyatukan dunia. Melihat cara berkomunikasi contohnya, lewat SMS atau pesan singkat orang tidak langsung secara oral, melainkan dengan sentuhan jari  tangan. Kemudahan  pada aspek positif  memang dapat memperlancar urusan, tetapi pada aspek negatif  malahan lebih banyak menghambat perkembangan moral. Padahal peran dan fungsi tatap muka langsung, antara lain sebagai penjernih pikiran, pencerah perasaan dan penyejuk hati yang berarti tidak membiarkan hambatan bagi perkembangan moral. Apalagi manusia merasa telah mengalami perluasan inderawi dan karena itu batas-batas ruang parsial dan waktu temporal semakin kabur.

Internet menyediakan layanan memberi kemudahan untuk mengakses pengetahuan agama untuk menambah wawasan. Ini sebabnya bagi generasi jaman now internet begitu membantu untuk merevisi dan merekonstruksi pengetahuan keagamaannya, agar selalu selaras dengan perkembangan zaman. Begitu juga i-pad telah akrab sebagai teman didunia maya kalangan remaja bahkan anak-anak sangat perlu dibimbing untuk bisa  memilah dan memilih sesuatu informasi yang baik dan yang tidak baik. i-pad dapat digunakan untuk berinteraksi dan mengabadikan momen-moment kegiatan-kegiatan Panca Yadnya misalnya Metulungan, saat menari, Ngayah dipura saat Piodalan, melakukan bentuk-bentuk Yadnya lainnya yang bersifat aksi sosial seperti menjadi donasi untuk anak yatim, membantu korban bencana alam.

Apabila aktivitas ini dapat diliput oleh media cetak dan elektronik tentu akan dapat menumbuhkan jiva pelayanan, pelestari senibudaya dan kepedulian terhadap sesama. Generasi muda  tidak asing lagi dengan facebook, twiter, dan blog. Zaman milenial ini tingkat pendidikan yang semakin tinggi berimbas kepada hak dan kewajiban. Hasilnya diharapkan dapat menciptakan peradaban yang bermartabat sesuai nilai-nilai sosial, harkat, dan martabat sebagai mahkluk yang memiliki kelebihan wiweka, juga wajib dijunjung tinggi.

Pijakan atau pondasi bagi umat Hindu adalah Dharma itu sendiri disetiap gerak langkah agar tidak mendapatkan kehancuran. Maka penerapannya harus selaras dan saling melengkapi  baik itu dharma agama yaitu aktualisasi dalam pelaksanaan ajaran agama baik secara Vertikal kepada Tuhan maupun secara Horizontal kepada manusia dan alam. begitupun wilayah Dharma negara ikut mensukseskan program-program pemerintah seperti pemberantasan narkoba misalnya. Hal ini dapat kita lakukan digunakan untuk membagi informasi yang benar dan menentang Hoak, dengan mengembangkan situs-situs yang dapat dipercaya yang dikelola secara profesional.

Pengendalian diri agar tidak terjerumus ke lorong yang gelap dalam pengunaan  teknologi informasi dapat dilakukan dengan menginternalisasikan nilai-nilai etika Hindu sebagi pencerahan, Tri Kaya Parisudha mengutamakan pengendalian pikiran (manah), perkataan (wak), dan perbuatan (kaya) dalam konteks pelayanan. Catur Paramita persahabatan (maitri); cinta kasih (karuna); simpatik (mudita); dan sifat mawas diri (upeksa) dalam memberikan pelayanan. Panca Yama Brata adalah disiplin kedalam, antara lain suci lahir batin (sauca); kepuasan diri, selalu bersyukur (santosa); pengekangan indriya (tapa); belajar secara terus menerus (swadhyaya); dan pelayanan kepada Tuhan (Iswarapranidana). Kemudian generasi muda Hindu harus mampu  menjaga perilakunya dalam pelayanan, meliputi pantang menyakiti perasaan ataupun fisik seseorang (ahimsa), berperilaku benar dan jujur (satya), tidak mencuri (asteya), tidak mengumbar nafsu duniawi (brahmacarya); serta hidup sederhana dan tidak pamer (aparigraha).

Dalam penerapan nilai-nilai diatas disesuaikan dengan swadharma masing-masing dan pada masa-masa dalam menjalani jenjang-jenjang kehidupan mulai dari Brahmacari fokus utama adalah menimba ilmu Paravidya (ilmu rohani) dan ilmu aparavidya (ilmu duniawi)  Pada masa grahasta fokus utama dapat mengembangkan lebih dominan pengembangan usaha usaha produktif dengan sentuhan teknologi, menanam padi dengan memanfaatkan mesin agar lebih efisien, begitupun masa wanaprastha mengambarkan diri untuk hidup sederhana dan mengurangi aktivitas yang bersifat kedunawian, dan masa bhiksuka agar megembagkan pemikiran yang bijaksana dan selalu mendengarkan bacaan-bacaan spiritual.

Perluasan atas prinsip ini dapat dikembangkan menjadi sistem pemberdayaan di masing-masing asrama yang utuh dan padu berdasarkan potensi dengan merencanakan, memanajemen, aktualisasi, dan pencapaian tujuan tersebut dimasing tingkatan. Dengan IPTEK Generasi muda setelah mendapat pengetahuan pada masa menuntut ilmu baik secara formal amupun informal, dia mengetahui bahwa alam semesta (bhuwana agung) banyak terdapat berbagai benda yang bergerak maupun tidak bergerak yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, diolah secara bijak. Apabila diekploitasi berlebihan tanpa diperbaharui tentu akan merusak ekosistem seperti panasnya suhu, ataubahkan tanah longsor, banjir dst. Jangan sampai dalam mengelola alam demi bisnis dan meraih laba sebesar-besarnya suatu perusahaan mengeruk kekayaan tanpa mempertimbangkan lingkungan, mengelola produk makananan tidak dijamin kesehatannya diolah secara tidak higienis, mengunakan zat berbahaya. Ini tentu iptek menciptakan kemudahan bagi segerombolan bos-bos tetapi membawa dampak yang tidak sedikit bagi kesehatan dalam jangka panjang bagi masyaraat atau konsumen.

Sumber daya manusia (bhuwana alit) senyatanya adalah potensi yang dapat digali dan dikembangkan dengan tetap mengedepankan keseimbangan Filosofi tri hita karana, antara manusia dengan alam hendaknya tidak merusak ekosistem, bahkan menjaga dan merawat hutan demi keberlangsungan hidup mahkluk lainnya inilah bukti cinta manusia terhadap alam, bukannya dengan sewenang-wenang oknum pejabat atau perusaaan dengan watak  serakah mengambil alam dengan alat-alat berat yang memang alat itu berfungsi sebagai membantu pekerjaan, sekali lagi hanya sebuah alat yang dikendalikan manusia. Kalau alat-alat berat ini suatu contoh saja dapat membabat hutan Kalimantan misalnya menjadi gundul akibatnya tiada terkira akan pemanasan global menanti, sulit air, kemarau panjang sehingga padi sulit ditanam. Logikanya manusia tentu tidak hanya butuh bagunan mebel misalnya, ia butuh makanan, sayur-sayuran segar, ikan segar, daun-daunan dan umbi-umbian yang segar. Kalau mental manusia di dalam dirinya seperti ini tanpa bisa dikendalikan maka bisa berbahaya dan bukan teknologi yang salah tetapi manusia begitu asyik berselancar dan lupa akan prinsip-prinsip dasar kehidupan harus menjaga dan merawat keberlangsungan alam dan disini nilai-nilai penghormatan alam mutlak diperlukan apapun keperyaan atau agamanya demi lestarinya dunia yang hijau ini.

Hubungan manusia terhadap manusia di era digital ini jangan sampai megesampingkan tatap muka, saling kunjung mengunjungi, menjalin simakrama pada hari hari suci keagamaan. ini terus dilakukan sebagai mahkluk sosial yang berinteraksi, bukanya menggunakan alat komunikasi Hp, komputer, I-pad, internet saja yang dominan digunakan tanpa tahu kontak langsung dengan subjek yang sesungguhnya dan menghindarkan diri dari individualisme. Dengan kebersamaanlah kita dapat melahirkan senasib seperjuangan dalam meraih cita-cita yaitu keahagiaan dan kedamaian ditengah perbedaan. Perbedaaan Rva Bhineda bukannya menjadi penghambat tetapi saling melengkapi satu sama lain, dengan interaksi secara nyata orang akan terasah kesabaran, mengasah karakternya dan sifat gotong royongnya. Dalam aktivitas ekonomi dapat direncanakan dengan mempertimbangkan pengalaman masa lalu (atita), kondisi kekinian (wartamana), dan peluang masa depan (anagatha). Pengorganisasian pekerjaan dilakukan dengan prinsip varna (profesi atau keahlian) sehingga setiap orang melakukan pekerjaan berdasarkan bidang keahliannya masing-masing.

Dalam hubungan jiva individu dengan Tuhan pemanfaatan Iptek harus tepat Guna. sebagai contoh dalam melakukan puja dan puji kepada Tuhan salah satunya dikenal dengan Dharma Gita, sebagai pemula dalam masa-masa belajar teknologi tentu diperlukan untuk merekam, atau menyimpan video dan dipelajari, bukan sebaliknya rekaman atau video itulah yang terus diputar dipura dan generasi muda sudah malas belajar karena sudah ada tape atau sejenisnya, inilah pemahaman yang barangkali keliru karena justru teknologi itu ang mendapat karma kita hanya sebagai pendengar saja tidak menjadi pelaku justru. Hal lain yang tidak dapat digitalisasi adalah pesembahyangan, persembahan upacara atau upakara yang ditunjukan kehadapan Tuhan beserta manifestasinya, karena tidak mungkin dalam menumbuhkan bhakti dengan kemajuan teknologi canang bisa dari plastik, buah semua diformalin, airnya serba dari pabrik sehingga tidak murni lagi ini justru mengurangi aura positif yang disediakan alam, lebih celakanya jika menghaturkannya jangan-jangan lewat internet ini tentu tidak logis. Jadi Hindu tidak menolak IPTEK sepanjang ia digunakan untuk menunjang pekerjaan manusia yang intinya mempermudah hidup manusia. Kalau penggunaan IPTEK tidak menjungjung tinggi moralitas manusia akan terjebag dan menjadi budak dari ciptaannya sendiri bahkan bisa dihancurkan oleh IPTEK itu sendiri, jadi perlu peran pemuda untuk memahami ajaran agama sebagai sesuluh hidup dalam mengunakannya sehingga bisa memilah dan memilih, begitupun dalam aktivitas pekerjaan dilaksanakan untuk pengembangan keilmuan yang ada mendidik kita dan generasi anak cucu berdasarkan pengetahuan (jnana), spiritualitas (raja), kerja keras (karma), dan persembahan kepada Tuhan (bhakti). Pada puncaknya, tujuan dari semua itu adalah tercapainya kesejahteraan duniawi (jagadhita) dan kesentosaan rohani (moksa).



DAFTAR PUSTAKA

Alisyahbana, Iskandar. 1980. Teknologi dan Perkembangan. Jakarta. 

Alwi. Dahlan, 2008, Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Aryadharma, Ni Kadek Surpi. 2005. Melahirkan Generasi Berkarakter Dewata. Kiat sukses Siswa Menurut Hindu. Denpasar: Pustaka Bali Post.Donder, I Ketut. 2007. Kosmologi Hindu, Penciptaan, Pemeliharaan, dan Peleburan Serta Penciptaan Kembali Alam Semesta. Surabaya: Paramita.
Besari. M.Sahari. 2008, Teknologi di Nusantara 40 Abad Hambat Inovasi, Jakarta: Salemba tek Pustekkom. 2006. Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information Communication Technology)”. nika.
Donder, I Ketut. 2007. Kosmologi Hindu, Penciptaan, Pemeliharaan, dan Peleburan Serta Penciptaan Kembali Alam Semesta. Surabaya: Paramita.
Jusak, 2013,  Teknologi Komunikasi Data Modern, Jakarta: Andi Publisher.
McClellan.Edward, 2006, Science and Technology in World History,Washington: Johns Hopkins University Press.
Nella Hutasoit, website http://nellahutasoit.wordpress.com/2012/04/23/ PUSTEKKOM, 2006, Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Suka Yasa, 2004, Tesis: “Teologi Hindu Dan Nilai Kearifan Lokal Dalam Tattwa Jnana”, Denpasar: Program Magister (S2) Ilmu Agama Dan Kebudayaan, UNHI.






No comments:

Post a Comment