ARJUNA DIGITAL
“Peran Generasi Muda dalam menyikapi kemajuan IPTEK”
Oleh : Dewa Putu
Antara
Gambar di ambil dari : http://www.seputarit.com/dampak-positif-dan-negatif-teknologi-informasi-dan-komunikasi-tik-dalam-bidang-sosial-budaya.html
Abad milenial ini, melalui kemajuan
teknologi informasi, komunikasi dan tranportasi globaliasasi telah menyatukan
dunia. Melihat cara berkomunikasi contohnya, lewat SMS atau pesan singkat orang
tidak langsung secara oral, melainkan dengan sentuhan jari tangan. Kemudahan pada aspek positif memang dapat memperlancar urusan, tetapi pada aspek
negatif malahan lebih banyak menghambat
perkembangan moral. Padahal peran dan fungsi tatap muka langsung,
antara lain sebagai penjernih pikiran, pencerah perasaan dan penyejuk hati yang
berarti tidak membiarkan hambatan bagi perkembangan moral. Apalagi manusia
merasa telah mengalami perluasan inderawi dan karena itu batas-batas ruang
parsial dan waktu temporal semakin kabur.
Internet menyediakan layanan memberi
kemudahan untuk mengakses pengetahuan agama untuk menambah wawasan. Ini
sebabnya bagi generasi jaman now internet begitu membantu untuk
merevisi dan merekonstruksi pengetahuan keagamaannya, agar selalu selaras
dengan perkembangan zaman. Begitu juga i-pad telah akrab sebagai teman
didunia maya kalangan
remaja bahkan anak-anak sangat perlu dibimbing untuk bisa memilah dan memilih sesuatu informasi yang
baik dan yang tidak baik. i-pad dapat digunakan untuk berinteraksi
dan mengabadikan momen-moment kegiatan-kegiatan Panca Yadnya misalnya Metulungan, saat menari, Ngayah dipura
saat Piodalan, melakukan bentuk-bentuk Yadnya lainnya yang bersifat aksi sosial
seperti menjadi donasi untuk anak yatim, membantu korban bencana alam.
Apabila aktivitas ini dapat diliput oleh
media cetak dan elektronik tentu akan dapat menumbuhkan jiva pelayanan,
pelestari senibudaya dan kepedulian terhadap sesama. Generasi muda tidak asing lagi dengan facebook, twiter,
dan blog. Zaman milenial ini tingkat pendidikan yang semakin tinggi berimbas
kepada hak dan kewajiban. Hasilnya diharapkan dapat menciptakan peradaban yang
bermartabat sesuai nilai-nilai sosial, harkat, dan martabat sebagai mahkluk yang
memiliki kelebihan wiweka, juga wajib dijunjung tinggi.
Pijakan atau pondasi bagi umat Hindu
adalah Dharma itu
sendiri disetiap gerak langkah agar tidak mendapatkan kehancuran. Maka
penerapannya harus selaras dan saling melengkapi baik itu dharma agama yaitu aktualisasi dalam
pelaksanaan ajaran agama baik secara Vertikal kepada Tuhan maupun secara
Horizontal kepada manusia dan alam. begitupun wilayah Dharma negara
ikut mensukseskan program-program pemerintah seperti pemberantasan narkoba
misalnya. Hal ini dapat kita lakukan digunakan untuk membagi informasi yang
benar dan menentang Hoak, dengan
mengembangkan situs-situs yang dapat dipercaya yang dikelola secara
profesional.
Pengendalian diri agar tidak terjerumus
ke lorong yang gelap dalam pengunaan teknologi
informasi dapat dilakukan dengan menginternalisasikan nilai-nilai etika Hindu
sebagi pencerahan, Tri Kaya Parisudha mengutamakan pengendalian
pikiran (manah), perkataan (wak), dan perbuatan (kaya)
dalam konteks pelayanan. Catur Paramita persahabatan (maitri);
cinta kasih (karuna); simpatik (mudita); dan sifat mawas diri
(upeksa) dalam memberikan pelayanan. Panca Yama Brata adalah
disiplin kedalam, antara lain suci lahir batin (sauca); kepuasan diri,
selalu bersyukur (santosa); pengekangan indriya (tapa); belajar secara terus
menerus (swadhyaya); dan pelayanan kepada Tuhan (Iswarapranidana).
Kemudian generasi muda Hindu harus mampu menjaga perilakunya dalam pelayanan, meliputi pantang
menyakiti perasaan ataupun fisik seseorang (ahimsa), berperilaku benar
dan jujur (satya), tidak mencuri (asteya), tidak mengumbar
nafsu duniawi (brahmacarya); serta hidup sederhana dan tidak pamer (aparigraha).
Dalam penerapan nilai-nilai
diatas disesuaikan dengan swadharma masing-masing dan pada masa-masa dalam
menjalani jenjang-jenjang kehidupan mulai dari Brahmacari fokus utama adalah
menimba ilmu Paravidya (ilmu rohani) dan ilmu aparavidya (ilmu duniawi) Pada masa grahasta fokus utama dapat mengembangkan
lebih dominan pengembangan usaha usaha produktif dengan sentuhan teknologi,
menanam padi dengan memanfaatkan mesin agar lebih efisien, begitupun masa
wanaprastha mengambarkan diri untuk hidup sederhana dan mengurangi aktivitas
yang bersifat kedunawian, dan masa bhiksuka agar megembagkan pemikiran yang
bijaksana dan selalu mendengarkan bacaan-bacaan spiritual.
Perluasan atas
prinsip ini dapat dikembangkan menjadi sistem pemberdayaan di masing-masing
asrama yang utuh dan padu berdasarkan potensi dengan merencanakan, memanajemen,
aktualisasi, dan pencapaian tujuan tersebut dimasing tingkatan. Dengan IPTEK
Generasi muda setelah mendapat pengetahuan pada masa menuntut ilmu baik secara
formal amupun informal, dia mengetahui bahwa alam semesta (bhuwana agung)
banyak terdapat berbagai benda yang bergerak maupun tidak bergerak yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, diolah secara bijak. Apabila
diekploitasi berlebihan tanpa diperbaharui tentu akan merusak ekosistem seperti
panasnya suhu, ataubahkan tanah longsor, banjir dst. Jangan sampai dalam
mengelola alam demi bisnis dan meraih laba sebesar-besarnya suatu perusahaan
mengeruk kekayaan tanpa mempertimbangkan lingkungan, mengelola produk makananan
tidak dijamin kesehatannya diolah secara tidak higienis, mengunakan zat
berbahaya. Ini tentu iptek menciptakan kemudahan bagi segerombolan bos-bos
tetapi membawa dampak yang tidak sedikit bagi kesehatan dalam jangka panjang
bagi masyaraat atau konsumen.
Sumber daya
manusia (bhuwana alit) senyatanya adalah potensi yang dapat digali dan
dikembangkan dengan tetap mengedepankan keseimbangan Filosofi tri hita karana, antara manusia dengan alam
hendaknya tidak merusak ekosistem, bahkan menjaga dan merawat hutan demi
keberlangsungan hidup mahkluk lainnya inilah bukti cinta manusia terhadap alam,
bukannya dengan sewenang-wenang oknum pejabat atau perusaaan dengan watak serakah mengambil alam dengan alat-alat berat
yang memang alat itu berfungsi sebagai membantu pekerjaan, sekali lagi hanya
sebuah alat yang dikendalikan manusia. Kalau alat-alat berat ini suatu
contoh saja dapat membabat hutan Kalimantan misalnya menjadi gundul akibatnya
tiada terkira akan pemanasan global menanti, sulit air, kemarau panjang
sehingga padi sulit ditanam. Logikanya manusia tentu tidak hanya butuh bagunan
mebel misalnya, ia butuh makanan, sayur-sayuran segar, ikan segar, daun-daunan
dan umbi-umbian yang segar. Kalau mental manusia di dalam dirinya seperti ini
tanpa bisa dikendalikan maka bisa berbahaya dan bukan teknologi yang salah
tetapi manusia begitu asyik berselancar dan lupa akan prinsip-prinsip dasar
kehidupan harus menjaga dan merawat keberlangsungan alam dan disini nilai-nilai
penghormatan alam mutlak diperlukan apapun keperyaan atau agamanya demi
lestarinya dunia yang hijau ini.
Hubungan manusia
terhadap manusia di era digital ini jangan sampai megesampingkan tatap muka,
saling kunjung mengunjungi, menjalin simakrama pada hari hari suci keagamaan.
ini terus dilakukan sebagai mahkluk sosial yang berinteraksi, bukanya
menggunakan alat komunikasi Hp, komputer, I-pad, internet saja yang dominan
digunakan tanpa tahu kontak langsung dengan subjek yang sesungguhnya dan
menghindarkan diri dari individualisme. Dengan kebersamaanlah kita dapat
melahirkan senasib seperjuangan dalam meraih cita-cita yaitu keahagiaan dan
kedamaian ditengah perbedaan. Perbedaaan Rva
Bhineda bukannya menjadi penghambat tetapi saling melengkapi satu sama
lain, dengan interaksi secara nyata orang akan terasah kesabaran, mengasah
karakternya dan sifat gotong royongnya. Dalam aktivitas ekonomi dapat
direncanakan dengan mempertimbangkan pengalaman masa lalu (atita),
kondisi kekinian (wartamana), dan peluang masa depan (anagatha).
Pengorganisasian pekerjaan dilakukan dengan prinsip varna (profesi
atau keahlian) sehingga setiap orang melakukan pekerjaan berdasarkan bidang
keahliannya masing-masing.
Dalam hubungan
jiva individu dengan Tuhan pemanfaatan Iptek harus tepat Guna. sebagai contoh
dalam melakukan puja dan puji kepada Tuhan salah satunya dikenal dengan Dharma
Gita, sebagai pemula dalam masa-masa belajar teknologi tentu diperlukan untuk
merekam, atau menyimpan video dan dipelajari, bukan sebaliknya rekaman atau
video itulah yang terus diputar dipura dan generasi muda sudah malas belajar
karena sudah ada tape atau sejenisnya, inilah pemahaman yang barangkali keliru
karena justru teknologi itu ang mendapat karma kita hanya sebagai pendengar
saja tidak menjadi pelaku justru. Hal lain yang tidak dapat digitalisasi adalah
pesembahyangan, persembahan upacara atau upakara yang ditunjukan kehadapan
Tuhan beserta manifestasinya, karena tidak mungkin dalam menumbuhkan bhakti
dengan kemajuan teknologi canang bisa dari plastik, buah semua diformalin,
airnya serba dari pabrik sehingga tidak murni lagi ini justru mengurangi aura
positif yang disediakan alam, lebih celakanya jika menghaturkannya jangan-jangan
lewat internet ini tentu tidak logis. Jadi Hindu tidak menolak IPTEK sepanjang
ia digunakan untuk menunjang pekerjaan manusia yang intinya mempermudah hidup
manusia. Kalau penggunaan IPTEK tidak menjungjung tinggi moralitas manusia akan
terjebag dan menjadi budak dari ciptaannya sendiri bahkan bisa dihancurkan oleh
IPTEK itu sendiri, jadi perlu peran pemuda untuk memahami ajaran agama sebagai
sesuluh hidup dalam mengunakannya sehingga bisa memilah dan memilih, begitupun
dalam aktivitas pekerjaan dilaksanakan untuk pengembangan keilmuan yang ada
mendidik kita dan generasi anak cucu berdasarkan pengetahuan (jnana),
spiritualitas (raja), kerja keras (karma), dan persembahan kepada
Tuhan (bhakti). Pada puncaknya, tujuan dari semua itu adalah tercapainya
kesejahteraan duniawi (jagadhita) dan kesentosaan rohani (moksa).
DAFTAR
PUSTAKA
Alisyahbana, Iskandar. 1980. Teknologi dan Perkembangan.
Jakarta.
Alwi. Dahlan, 2008, Manusia Komunikasi, Komunikasi
Manusia, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Aryadharma, Ni Kadek Surpi. 2005. Melahirkan Generasi
Berkarakter Dewata. Kiat sukses Siswa Menurut Hindu. Denpasar: Pustaka Bali
Post.Donder, I Ketut. 2007. Kosmologi Hindu, Penciptaan, Pemeliharaan,
dan Peleburan Serta Penciptaan Kembali Alam Semesta. Surabaya: Paramita.
Besari. M.Sahari. 2008, Teknologi di Nusantara 40 Abad
Hambat Inovasi, Jakarta: Salemba tek Pustekkom.
2006. Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information Communication
Technology)”. nika.
Donder, I Ketut. 2007. Kosmologi Hindu, Penciptaan,
Pemeliharaan, dan Peleburan Serta Penciptaan Kembali Alam Semesta.
Surabaya: Paramita.
Jusak,
2013, Teknologi Komunikasi Data Modern, Jakarta: Andi
Publisher.
McClellan.Edward, 2006, Science and Technology in World
History,Washington: Johns Hopkins University Press.
Nella Hutasoit,
website http://nellahutasoit.wordpress.com/2012/04/23/
PUSTEKKOM, 2006, Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Suka Yasa, 2004, Tesis: “Teologi Hindu Dan Nilai
Kearifan Lokal Dalam Tattwa Jnana”, Denpasar: Program Magister (S2) Ilmu Agama
Dan Kebudayaan, UNHI.
No comments:
Post a Comment